TAYANGAN KEKERASAN DAN EFEK YANG DITIMBULKANNYA  

Kamis, 11 Maret 2010

TAYANGAN KEKERASAN
DAN EFEK YANG DITIMBULKANNYA

Pada era globalisasi seperti saat ini, kemajuan dalam segala aspek kehidupan mempunyai peranan penting dalam kepribadian seseorang. Demikian pula dengan media massa, yang pada saat ini seakan berlomba-lomba menyuguhkan acara atau pemberitaan yang dapat menarik minat khalayak untuk mengkonsumsinya.

Tidak dapat dipungkiri bahwa kebutuhan masyarakat akan media massa sangat besar pada saat ini. Hal ini dilatar belakangi oleh kebutuhan masyarakat akan informasi dan hiburan, baik dalam bentuk media cetak seperti Koran, majalah, tabloid, dan sebagainya maupun dalam bentuk media elektronik seperti televisi, radio, internet dan lain-lain.

Secara umum perkembangan media di indonesia memang sangat mengembirakan. Hal ini jika di tinjau dari aspek teknologi, dimana hampir seluruh stasiun siaran Televisi dapat di nikmati oleh masyarakat. Hanya dengan memanfaatkan fasilitas parabola dan sebuah receiver, seluruh siaran televisi dapat kita nikmati. Mulai dari cartoon, sinetron, bahkan film terbaru dapat kita nikmati ditelevisi. Mengembirakan, dalam artian media indonesia kini telah dapat hidup bebas dan menyampaikan apa yang dianggap perlu dinikmati oleh pemirsanya, berbeda sekali pada saat rezim orde baru masih menguasai nusantara ini.

Dan berbagai pemberitaan yang ditayangkan pun sangat beragam, dan salah satunya dalam bentuk tayangan kekerasan. Tayangan seperti ini banyak disuguhkan oleh media elektronik dan media cetak. Dalam media cetak, berita kekerasan hanya dapat kita saksikan dalam bentuk tulisan yang hanya dapat kita bayangkan dan disertai beberapa foto. Sedangkan melalui media elektronik seperti televisi, kita dapat melihat langsung pemberitaan tersebut.
Dalam televisi, tayangan kekerasan seakan akan menjadi acara yang wajib untuk di tonton, karena dalam setiap cara televisi pada saat ini lebih banyak dibumbui oleh tema-tema kekerasan. Tayangan ini tidak hanya kita lihat dalam bentuk berita tetapi juga dalam sinetron-sinetron yang umumnya dikonsumsi oleh anak-anak, remaja putri dan para ibu rumah tangga.
Konsumen media seperti televisi terdiri dari berbagai jenis elemen masyarakat. Termasuk di dalamnya anak-anak. Padahal Tayangan yang dipublis oleh media TV di Indonesia dewasa ini bukanlah sebagai media yang aman untuk di konsumsi oleh anak-anak.

Sebut saja beberapa sinetron yang memuat pesan-pesan yang berdampak negatif bagi anak-anak. Sebagai contoh sinetron bawang merah bawang putih,yang pernah tayang di TV Swasta. Dalam sinetron tersebut lebih menonjolkan sosok antagonis yang terkenal kejam, meskipun ada juga terbersit pesan-pesan religius di dalamnya.

Tanyangan seperti itu, mungkin dapat dinikmati dengan santai oleh orang dewasa, tapi tidak demikian halnya dengan anak-anak yang juga mengikuti tayangan tersebut, bahkan sebagian anak menjadikan tontonan tersebut menjadi tontonan wajib mereka. Jika, tontonan seperti itu disuguhi secara terus menerus oleh media kita, maka tidak tertutup kemungkinan, anak-anak yang mengkonsumsinya sedikit bayaknya akan berperilaku hal yang sama, yaitu perilaku antagonis, sadis, dan kejam, atau bahkan lebih dari itu.

Perkembangan arus deras reformasi juga telah membawa media sedikit mulai “terbuka”, dalam artian tayangan-tayangan yang disiarkan, berdampak negatif pada masyarakat penontonnya. Hampir seluruh stasiun TV di indonesia menyiarkan film-film (sinetron) yang sebagian besar memuat pesan-pesan kekerasan, pesan-pesan negatif, dan lain sebagainya, yang di perankan oleh aktor atau aktris tertentu. Bukan sinetron saja, bahkan film-film impor komedi anak-anak juga memiliki muatan pesan yang tidak mendidik. Sebut saja salah satu-nya sinema sinchan yang diimpor dari jepang dan ditayangkan oleh TV Swasta. Dimana, terlihat jelas, sinchan yang baru bersekolah SD, telah melakukan hal-hal yang belum layak dilakukan oleh anak se-usianya. Perilaku bandel dan melawan orang tua juga tampak dalam peran sinchan, bukan itu saja sinchan juga acap kali mengeluarkan kata-kata kotor.
Umumnya, dengan mengkonsumsi tayangan kekerasan di televisi, akan mempengaruhi psikologi kehidupan masyarakat yang menyaksikan tayangan tersebut. Terlebih lagi anak – anak yang masih dalam masa strom and stress, mereka akan sangat mudah terpengaruh oleh pemberitaan atau tayangan kekerasan tersebut. Tentunya hal ini tidak baik bagi mereka, dengan psikologi yang tidak stabil akan memanifestasikan perbuatan yang tidak bagus (negative action). Pada anak –anak, ketika dia dalam keadaan marah, maka mereka akan dengan mudah menangkap apa yang mereka saksikan ditelevisi seperti memukul, menampar dan ia merasa harus dapat mengalahkan lawannya seperti sang jagoan di televisi.
Acara – acara kekerasan yang mucul saat ini di televisi memang tidak dapat di cegah penayangannya, mengingat tak ada lagi badan atau lembaga yang dapat mengontrol isi media. Teori belajar social (social behavior) dalam kaitannya dengan tayangan televisi menyebutkan bahwa, kekerasan itu cenderung “dipelajari” oleh pemirsa tayangan tersebut. Artinya, semakin banyak tayangan televisi yang menampilkan kekerasan atau pelecehan seksual dan lain sebagainya, anak – anak atau orang dewasa akan melihat bahwa akhirnya kekerasan atau pelecehan seksual itu merupakan suatu hal yang “normal” dan biasa dalam kehidupan kita sehari – hari.
Pelajar menjarah bus, massa membakar hidup – hidup pencuri sepedamotor, bapak yang memperkosa anaknya, pelajar yang mati karena overdosis, pelecehan seksual, dan lain sebagainya. Berita –berita tersebut seringkali menjadi sajian utama dalam setiap pemberitaan, dengan adanya pemberitaan yang dirasa tragis tersebut, seakan akan dunia ini bukan tempat yang aman untuk di diami.

Design by Blogger Buster | Distributed by Blogging Tips