SAHABATKU DARI DESA DAMAI
“Sobri coba tebak, Kenapa si Rani gak mau terima cintanya Angga”, ucap bahri saat kami sedang duduk diwarung Ibu Jamilah, aku yang sedang menikmati secangkir kopi panas disore itu meniup-niup biar bisa diminum, seraya aku berfikir sejenak sebelum akhirnya aku menjawab..
“Ya jelaslah aku tau, si Rani kan udah punya cowok, Aku juga kenal sama cowoknya, dia tinggal dikampung sebelah”, jawabku..
memang sudah lama ini Angga menyukai Rani, tapi dasar Angga gak pernah berani mengungkapnya..
“ Hadi, saran aku ini ya.. kau harus cepat-cepat utarakan cintamu sama Rani, sebelum Janur Kuning melingkar”, ucapku memberi saran
“Kuning maksud kau..”, ralat Angga
“Alaaaah terserahlah itu kalau masalah warna, yang penting kau cepat-cepat nembak si Rani”, ucapku lagi menyemangati temanku Angga yang kata Ibu & Bapak nya dia itu ganteng, itulah ortu yang memang selalu pengen anaknya bahagia, walau harus berbohong demi kebaikan,hehehe..
“Tapi Sobri, Aku takut ditolak”, keluh Angga dengan tampang blasterannya, Ibunya Jawa, Bapaknya Aceh..
“Ya dicoba dulu, kali aja nasib kau lebih beruntung dari si Roni”, kataku sambil mencomot pisang goreng yang ada ditangan Angga... Tampak Angga tidak memperdulikan makanannya kuambil, Angga mengangguk-anggukkan kepala, sepertinya dia sudah yakin kalau akan mencoba mendekati Rani, gadis yang baru empat bulan ini tinggal didesa kami.
Desa Damai terletak dikaki gunung yang tidak aktif tentunya, tempatnya sangat damai, sejuk, pemandangannya juga indah sekali, walau desa ini agak terpencil tapi sumber penghasilan alam disini cukup baik, mulai dari sungai yang banyak ikannya, hutan yang subur, juga tanah disini sangat subur sehingga apapun yang ditanam akan menjadi hasil yang baik, seperti padi,jagung,buah-buahan misalnya..,ok cukup sampai disitu promosi Desa Damai nan Indah hehe..
Selain itu pada waktu yang sama, namun ditempat yang terpisah, tampak sedang duduk dipinggir sungai yang sore itu terlihat sepi, karena aktifitas mencuci pakaian disungai biasanya tidak dilakukan pada sore hari, paling hanya satu atau dua orang yang sedang memancing, itupun jaraknya jauh jauh, Bahri yang kala itu sedang duduk sendirian sambil menyandarkan tubuhnya dibawah pohon kelapa yang besar, mata Bahri terus tertuju kesungai jernih yang mengalir dengan tenangnya, tampak beberapa ekor ikan sedang lalulalang didepan Bahri, andaikan ikan itu bisa bicara, itu ikan pasti akan bilang “Hay Bahri…lagi sedihhh ne yeeeee”..
Namun bahri tidak peduli dengan ikan-ikan yang sedang lalu lalang didepannya tanpa menggunakan Helm.. hehehe, tapi biasanya bahri kalo ngeliat ikan langsung Jinang alyas Jiwa nangkapnya langsung keliatan, terserah mau pake apa trus dapet atau enggak yang penting judulnya Nangkap Ikan..
Tapi kali ini terlihat jelas bahwa itu adalah raut wajah kekecewaan, bisa ketebak, Rani lah jawabannya.., Bahri merenungkan Nasib cintanya yang ditolak Rani mentah-mentah tanpa pertimbangan.
“Percayalah piiiik.. k,k benar-benar mencintaimu.. udah sejak lama K,k pendam rasa cinta ini, Ibarat nasi ni ya pik pasti udah basi, tapi cinta K,k gak akan pernah basi piiik, karena tiap hari pasti K,k panasin”, ungkapan jujur dari Bahri kala itu, dan tanpa memikirkan apa-apa lagi Rani Lansung menjawab.. “yeee itumah sama aja,, tapi maaf
K,k , aku tidak bisa mencintai K,k , karena aku sudah punya Cowok, kami berencana untuk bertunangan bulan ini..
Sejak penolakan disore itulah, dikediaman Rani, Bahri benar-benar tidak tidur semalaman.., bukan karena banyak nyamuk atau gulingnya lagi dipinjem tetangga, tapi hatinya sedang sakit-sakitnya..
Sampai akhirnya disore itu, ditepi sungai Bahri mengadu nasib pada Ikan-ikan yang bergoyang.. hehehe..
“Maaaaaak.. kenapa anakmu ini selalu gagal dengan yang namanya cinta Ibuuu ?”,teriak Bahri karena udah gak nahan diam terus dari tadi.
“Rani…. Rani… kenapa kau tolak cintaku.., apa yang kurang dariku?, apa aku kurang ganteng? Kata Ibuku aku ini ganteng,, Aku juga keren, atau kurang apa ?, Aku suka kau sejak pertama kali kau pindah kedesa ini…”, Bahri terus berkelu keluh perih
“Apa hebatnya cowokmu itu.. mending juga aku piiik..”
**
Malam harinya, tampak Angga sedang memikirkan bagaimana cara menembak Rani, gadis manis berdarah padang didesanya itu, Angga merebahkan tubuhnya diatas kasur kecilnya, didalam kamar yang hanya berluaskan 3x3m, dan terbuat dari semi permanen, namanya juga rumah di Desa, jarang ada yang mewah, paling rumah Pak RT, itupun gak mewah, Cuma terbuat dari bata semua, memang kehidupan di Desa Damai ini sangat sederhana..
“Kalau aku ngomong langsung, aku takut gak bisa nahan malu kalau-kalau Rani menolakku seperti dia menolak Bahri..”, ucap Angga membatin,
“Ck…gimana ya caranya?”, Angga terlihat buntu memikirkan Hal itu,, dan berniat datang kerumah Ary untuk minta saran, tapi saat Angga hendak keluar kamar tiba-tiba Angga mendengar Abdul adeknya Angga merengek-rengek minta dibuatin Surat izin untuk gurunya karena Abdul besok mau libur aja karena mau maen layang-layang yang baru dibeli Bapak tadi sore, jelas saja Ibu gak sejutu kalau Abdul harus bolos karna layang-layang.
Abdul adik Abdul satu-satunya, Abdul sekolah di SD dekat rumah, di Desa ini ada tiga sekolahan, SD,SMP dan SMA, itupun terletak disatu lingkungan yang sama. Tapi sukur Alhamdulillah karena setidaknya orang-orang didesa kami tidak buta huruf, biasanya kalau ada yang mau melanjukan keperguruan tinggi harus kekota, kalau tidak ada sanak saudara disana ya harus kos, trus gak mungkin pulang balik tiap hari dari kota keDesa ini, karena jarak dari Desa keKota memakan waktu Kurang lebih 24 jam..
“Oya…pake surat aja, biar praktis, kalaupun ditolak malunyakan gak langsung”, pikir Angga akhirnya setelah mendengar kata-kata surat dari Abdul. Angga kembali masuk kekamarnya dengan hati bahagia karena sudah menemukan solusi tanpa harus kerumah sahabatnya Hari dan menyiapkan selembar kertas putih dan sebatang pulpen berwarna hitam, sambil menarik Nafas sejenak Angga mulai menulis surat untuk Rani tercinta..
Untukmu Gadis Termanis
Assalammualaikum..
Rani, mungkin kamu akan bertanya-tanya kenapa K,k Angga tiba-tiba menulis surat padamu, Kamu akan tau jawabannya setelah K,k kembali melanjutkan kata demi kata disurat ini..
Rani,,, apakah Rani menyadari bahwa kamu terlalu baik, lembut dan manis untuk dimiliki seseorang, hingga akhirnya semua menyadari bahwa siapapun yang jadi pendampingmu pasti orang itu beruntung.., Rani… K,k ingin keberuntungan itu berpihak pada K,k .., Sadarkah kamu dengan Tulusnya cinta ini yang telah lama K,k rasakan?, Akankah K,k bisa seberuntung itu mendapatkan cintamu Rani.., K,k tunggu jawabanmu sabtu sore diwarung Ibu Jamilah.
Wassalam Ttd
K,k Angga.
Ya penambahan nama Angga biar agak kerenan gituuu..,
Akhirnya, setelah Angga selesai merangkai kata-kata untuk pujaan hatinya itu, Udinpun bergegas kerumah Hari, untuk meminta bantuan agar besok surat itu sudah sampai ditangan Rani, berhubung rumah Hari hanya berselang delapan rumah dari rumah Angga, Anggapun sampai dikediaman Hari..
“Kau yaki Angga mau nembak Rani lewat surat aja?”, tanya Hari seketika aku memberikan Surat itu
“Iya Hari aku yakin, aku sudah memikirkan itu, pokoknya kau harus bantu aku Cok, aku harus sudah tau jawaban dari Rani sebelum aku berangkat kekota untuk Melanjutka kuliah Di suatu Universitas swasta”,
mendengar itu aku jadi sedih, karena beberapa hari lagi aku akan kehilangan sahabatku dari kecil itu untuk pindah kekota.
“Kau jadi ya Angga kuliah diKota?”, tanyaku dengan wajah sedih dan membuat suasana malam itu menjadi haru..
“Iya Hari, aku sudah memikirkan ini semua, aku harus kekota dan mengembangkan ilmuku, aku ingin sekali menjadi Insinyur perkebunan, kau kan tau itu cita-citaku Hari..”, ucap Angga, dari kecil Angga memang bercita-cita untuk Jadi Insinyur perkebunan, ia ingin agar suatu saat nanti ia bisa membuat Desa ini bisa lebih indah, dan menjadi sejahtera dengan hasil kekayaan alam diDesa tercinta ini..
Tekat Angga itu terlihat dengan semangat belajarnya yang luar biasa, sampai Angga selalu mendapat peringkat pertama disekolahnya, sedangkan aku hanya mendapat peringkat ke tiga, tapi aku tidak merasa iri dengan sahabatku itu, Aku malah bangga mempunyai sahabat sepintar Angga..
“Kelak suatu saat kalau kau sudah sukses kau jangan lupakan Desa kita ya Din”, Ucapku sambil menahan tangis, aku cowok jadi malu kalau harus menangis, tapii cowok juga manusia yang bisa sedih, akhirnya karena tak tahan air mataku menetes juga, melihat itu Angga langsung menepuk pundakku seraya berkata.
“Kau sahabat terbaikku Ary, aku gak mungkin melupakanmu”, kamipun menagis sama-sama. Persahabatan memang lebih indah.
***
Ke Esokan harinya, Aku Datang kerumah Rani sesuai yang diminta Angga semalam dan menyampaikan surat buat Rani, Rani terlihat agak bingung menerima Surat yang diberikan Hari..
“Kenapa pake surat segala K,k, surat apa ini?”, tanya gadis kelas 2 SMA dan berkulit putih bersih ini..
“Hmmm gak tau nih, Rani baca aja, nanti juga tau..
“Okelah Pik, K,k permisi dulu ya.. Assalammualaikum..”, Ucapku dan langsung pamit..
Setelah dari rumah Rani Aku langsung kerumah Angga Untuk menyampaikan kabar ini, Angga telah menanti dengan raut wajah penuh ingin tahu..
“Gimana hari, beres?”, tanya Angga
“Bereeees”.. jawabku sambil mengacungkan jempolku…
Sabtu sore
Terlihat Angga sudah bersiap-siap untuk menemui Pujaan hatinya dengan memakai pakaian yang super rapi + wangi pula, Ibu Angga sampai bingung melihat anaknya sampe segitunya, tapi yang namanya ortu pengertian jadi ya gak banyak nanyak, kenapa Angga tiba-tiba make overin dirinya sendiri..
“Ibu.. Angga pergi dulu…Assalammualaikum”…tereak Angga
“Walaikumsallam”, jawab Ibu Angga..
Selang beberapa menit Angga udah sampai di Warung Ibu Jamilah.. kebetulan sore itu Warung terlihat sepi, gak biasanya warung sepi..
“Wah…Wah… wangi bener kamu Din…”, tanya Ibu Jamilah…
“Iya ne Ibu..saya mau ada kencan gitu…”, jawabku pada wanita pemilik warung yang sudah menjanda lima tahun itu, Tapi Ibu Jamilah termasuk wanita yang setia, buktinya semenjak, suaminya meninggal karena sakit jantung, Ibu Jamilah tetap betah dengan status jandanya, padahal banyak yang melamarnya tapi ditolak dengan alasan belum ingin menikah lagi, Ibu Jamilah walu janda berusia 37 tahun tapi dia tetap terlihat masih berusia 30an, mungkin karena Ibu jamilah itu imut kali ya..,Ibu Jamilah hidup sendirian semenjak Anaknya K,k Maman merantau ke Bandung…
“Kencan itu apaan Angga?”, tanya Ibu Jamilah dengan tampang emang bener-bener gak tau.
“Kencan itu janjian sama orang yang kita sukai IBu..”, jawab Angga sambil merapikan rambutnya..
“Ooooo, janjian… bilang dong”, sewot Ibu Jamilah, Angga hanya tertawa kecil sambil terus melihat kearah jalan untuk melihat kedatangan Rani..
Akhirnya setelah Angga menunggu selama setengah Jam, Rani pun muncul dengan memakai warna baju yang senada dengan Angga, ini memang kebetulan dan membuat Angga sangat senang karena mereka memakai baju yang warnanya sama, tapi tidak dengan Rani, gadis itu merasa malu karna memakai baju yang sama, takutnya disangka sama orang mereka pacaran,,
“Hay Rani..”, sapa Angga agak kikuk
“Hay……”, balas Angga, sejenak saat Rani sudah duduk dihadapan Angga suasana menjadi diam, Ibu Jamilah jadi senyum-senyum sendiri melihat tingkah kedua muda-mudi itu, Ibu Jamilah teringat masa mudanya kali ya.. hehehehe..
“Hmmm gimana Pik.. apa kamu sudah baca surat dari K,k?”, tanya Angga membuka obrolan yang sempat fakum..
“Udah K,k”, jawab Rani singkat
“Lalu bagaimana?”, tanya Angga lagi dengan jantung yang gak karuan lagi detakkannya, namun tiba-tiba lagu Kangen Band yang judulnya Usai sudah terdengar merdu ditelinga kami, dasar Ibu Jamilah suka iseng, tapi bagus deh suasananya jadi lebih romantis..
“Hmmm… Rani ngerti perasaan K,k, K,k taukan Rani Udah punya pacar”, tanya Rani dan membuat prasaan Angga makin gak karuan..
“Iya..Pik.. K,k tau.. tapi K,k Cuma ingin mengutarakan isi hati K,k, dan K,k juga ingin tau gimana perasaan Rani ke K,k”, lanjut Angga memberanikan ucapanya..
“Kenapa baru sekarang K,k?”, ucap Rani dengan nada sesalnya
“Maksudnya?”, tanya Angga mulai bingung
“Iya, kenapa baru sekarang K,k bilang kalau K,k suka sama Rani?, kenapa gak dari dulu K,k bilang?, sekarang sudah terlambat Ortu Rani udah menjodohkan Rani dengan K,k Pandi, bulan ini kami bertunagan”, jelas Rani dan membuat Angga semakin sakit mendengarnya..
“Semua itu memang kesalahan K,k terlalu takut untuk mengatakan yang sbenarnya dari dulu”, ucap Angga penuh sesal..
“Seandainya dulu K,k mengatakan hal ini,Rani pasti nerima cinta K,k, karena sebenarnya dari dulu Rani juga Suka sama K,k sampai sekarang, tapi kini semua sudah terlambat”, mendengar pernyataan itu Angga menjadi sangat kaget, dia berharap bahwa apa yang baru saja ia dengar bukanlah angin lalu yang sengaja bersuara iseng..
“Apa…?, jadi kamu sudah dari dulu juga suka sama K,k?”.. ucap Angga masih tidak menyangka..
“Iya K,k, Angga selalu berharap kalau K,k juga suka sama Rani dan menyatakan inta sama Angga”..
****
“Gak ada kata-kata terlambat Angga untuk yang namanya cinta, tunanganya kan baru bulan depan jadi masih ada kesempatan donk..”, Ucapku pada suatu siang dipinggir sungai sambil mancing ikan, Angga udah menceritakan semuanyap padaku, dan aku sendiri juga gak nyangka kalau Rani ternyata juga mencintai Angga..
“Tapi…Har… Rani itu anak baek-baek, dia gak mungkin mengecewakan ortunya, dia itu gadis yang baik hati Hari “, terang Angga dengan nada sendungya
“Ya Cuma ada dua pilihannya, memperjuangkan cinta atau menyerah gitu aja”, Ucapku. Namun apapun yang aku katakan sepertinya Angga sudah menyerah.. melihat sahabatku seperti itu aku tidak tinggal diam aku harus melakukan sesuatu untuk cinta sahabatku..
Esoknya aku bertamu kerumah Rani dan menceritakan semuanya, bagaimana cintanya Angga pada Rani, sampai hal mengenai keberangkatan Rani dua hari lagi kekota, dan disaat Angga sudah berangkat entah berapa lama dia akan kembali, walau angga pernah berjanji kalau dia tidak akan pulang sebelum dia Sukses, itu Janjinya..
Beberapa hari Kemudian
Terlihat keluarga Angga dan tetangga-tetangga termasuk aku sedang mengantar keberangkatan Angga dipagi itu, semua terlihat sedih, tapi semuanya juga memberikan dukungan pada Angga.., namun Pagi itu Angga terlihat sedang menanti kedatangan seseorang, seseorang itu adalah Rani, tapi Angga merasa Rani tidak mungkin menjadi miliknya..
“Udalah Angga, kalau jodoh gak kemana kok”, Ucapku seraya berbisik pada Angga, Anggapun mengangguk tersenyum, kini kamipun berpelukakan tanda perpisahan..
“jangan lupa sering-sering kasi kabar ya Angga”, ucapku sambil membawa tas milik Angga Untuk Kumasukkan Kedalam angkutan Umum
“Iya Hari, aku akan selalu memberi kabar, kau juga tolong jagain keluargaku ya Hari..”, pinta Angga,
“Iya Angga, mereka jugakan udah seperti keluargaku.., Ucapku
“Makasi ya Hari.., Aku berangkat ya…semuanya…”, Ucap Angga setelah mobil yang ia tumpangi akan segera berangkat, sementara gadis yang ia nantikan dari tadi tidak kunjung datang.., Angga pergi dengan hati yang hancur namun dengan cita-cita yang membara..
Empat tahun setelah Kepergian Angga
Selama empat tahun sudah Angga meninggalkan Desa yang indah ini, dan Angga menepai janjinya untuk selalu memberi kabar padaku, setiap seminggu sekali angga pasti mengirim surat, dia selalu menceritakan padaku lewat suratnya tentang pengalamannya hidup dikota.
Dari situ aku tau bahwa hidup dikota itu keras, dan disana Uang yang mengatur manusia, Untuk itu Angga disana membuka Les privat,bayaranya lumayan untuk menambah kebutannya yang terus meningkat, dan gak mungkin Angga terus mengharapkan uang kiriman dari orang tuanya.
Dan Aku menceritakan tidak banyak berubah dari desa ini, paling hanya tiap tahunnya ada warga baru yang pindah kemari, namun Aku tetap melanjutkan Hiduku disini sebagai pekerja di tokonya Pak Mahmud.
Sebenarnya kalau boleh dibilang aku juga ingin bisa meneruskan pendidikanku sampai ketingkat teratas, namun semua itu butuh dana, kalau hanya mengandalkan kepintaran sangat susah dikota, beruntung Angga adalah anak yang terbilang cukup ada walau tidak berlebih tapi orang tua Angga sanggup menyekolahkan Angga hingga keperguruan tinggi.
Tapi Aku?, bukannya aku menyesali hidupku yang hanya sebatang kara, beruntung aku bisa menyelesaikan SMA ku karena bantuan biaya dari ortunya Angga, makanya aku berutang Budi pada mereka.
Disetiap suratnya Angga selalu menanyakan kabar Rani, aku tidak menyangka kalau Angga ternyata masih mencintai Rani.
namun tiba-tiba aku mendengar suara anak kecil memanggilku..
“Bapaaaaak..”, panggilnya, pria kecil itu.
Anak itu bernama Yanda, dia anakku, aku menyayanginya seperti anak kandungku sendiri, berat rasanya kalau aku katakan Yanda bukan Anak kandungku, aku menikahi ibunya karena Ibunya adalah korban dari laki-laki yang tidak bertanggung jawab, yang dihamili dan dicampakkan oleh tunangannya sendiri.
Rani, ya..Aku terpaksa menolong gadis malang itu dengan menikahinya. Walau aku merasa sangat bersalah dengan Angga, tapi keluarga Angga juga minta agar rahasia ini jangan sampai Angga tau, karena keluarga Angga tau betul anaknya mencintai Rani dak tidak ingin kosentrasi Angga terganggu..
“Maafin Aku Din, aku janji jika kalian masih berjodoh aku akan lepaskan istriku untukmu,karena aku Sahabatmu dari desa Damai”… ucapku membatin.